Friday, February 24, 2012

Menjadi Wanita dalam Penantian

Cinta bukanlah menuntut, namun memberi. Apabila kita ingin memiliki pasangan yang baik dan dewasa contohnya, maka mari kita belajar bersiap menjadi seorang pacar yang baik dan dewasa juga. Lakukanlah apa yang kita ingin orang lakukan ke kita (bukan tentang balas budi), jadilah wanita yang memberi dan percaya bahwa kita akan menuai apa yang akan kita tabur selama masa penantian ini. (Galatia 6:9)

Sebagai awal, dalam masa single kita ini, mari kita menjadi wanita yang menyerahkan hidup kita tanpa ragu kepada Tuhan, belajar menjadi wanita yang rajin (highly intellectual), wanita yang beriman (highly spiritual), wanita yang penuh kebajikan (highly influential and attitude), wanita yang penuh pengabdian (memberi waktu untuk Tuhan dengan sungguh-sungguh, karena dalam masa single, kita dapat menggunakan waktu kita lebih efektif untuk Tuhan daripada saat telah menikah dan memiliki lebih banyak kegiatan, tanggung jawab dan tugas), wanita yang murni (menjadi kudus dalam segala aspek, ingat pernikahan kudus dimulai dari pacaran yang kudus), wanita yang memiliki rasa aman (tidak perlu merasa harus mengejar atau menarik perhatian lawan jenis untuk dilirik, diperhatikan dan dicintai), wanita yang puas (jangan merasa tidak puas saat masih lajang, jangan mengasihani diri sendiri dengan keadaan masih belum punya pasangan), wanita yang penuh keyakinan, dan menjadi wanita yang sabar.

Ada banyak contoh wanita yang benar-benar memuliakan Tuhan yang tidak memiliki teman hidup tetapi tetap merupakan wanita yang sabar. Seorang wanita dalam penantian menuliskan ini: “Saya percaya salah satu bagian dari menjadi Wanita yang Sabar adalah dengan jujur menghadapi masa depan. Bagiku itu berarti menyadari bahwa aku mungkin tidak akan pernah menikah.” '

John fischer menuliskan ini : “Allah telah memanggilku untuk hidup sekarang. Ia telah menyadari potensiku sepenuhnya sebagai seorang manusia saat ini, ia ingin aku penuh rasa syukur akan keberadaanku dan menikmatinya secara maksimal. Aku memiliki suatu perasaan yang aneh bahwa jika seorang lajang yang selalu ingin menikah, akhirnya mungkin menikah, ia akan mendapati semua yang tercakup dalam pernikahan, dan berharap bahwa ia lajang kembali! Ia akan bertanya pada dirinya, ‘mengapakah aku tidak menggunakan waktu bagi Tuhan saat aku tidak memiliki begitu banyak kewajiban? Mengapa aku tidak memberikan diriku sepenuhnya kepada Dia saat aku masih lajang?’”

Wanita lajang dapat terlibat dalam pekerjaan Tuhan pada suatu tingkat yang tidak dapat dicapai oleh seorang wanita yang telah menikah karena tanggung jawab dan gangguan yang dihadapinya sebagai istri dan ibu. Dalam masa lajang ini kita harus isi tanpa rasa mengasihani diri sendiri dengan hanya menanti siapa pasangan hidup kita yang akan Tuhan beri, dan hendaknya kita mencontoh Rut yang dalam masa jandanya pun ia tetap menjadi wanita yang rajin dalam melayani Tuhan. Dan tentu saja keterlibatan dalam melayani Tuhan selalu menuntut suatu pengorbanan. Dan kerap kali terdapat berbagai penghalang, seperti membanding-bandingkan diri dengan wanita lain, mengutamakan diri sendiri, rasa kuatir, dan rasa ragu-ragu akan masa depan kita. Namun mari kita tetap bertekun, bersabar, berharap pada Sumbernya. Biar Tuhan saja yang menulis kehidupan cinta kita. (Baca kitab Rut)

1 comment:

dapur JV said...

Yeah berserah pada Tuhan >_<