Friday, February 24, 2012

Bukan sekedar tulisan, tapi BACAAN.... !! :D

DAFTAR BACAAN

Jackie and Debbie, LADY IN WAITING, Bandung : Pionir Jaya, 2005 (terjemahan)
Ludy, Eric and Leslie, WHEN GOD WRITES YOUR LOVE STORY, Yogyakarta : Gloria Graffa, 2009 (terjemahan)
Mc Dowell, Josh and Jones, TANYA JAWAB KAWULA MUDA, Surabaya : Yakin, 2002 (terjemahan)
Santoso, Magdalena Pranata, ETIKA, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008
Trisna, Yonathan, BERPACARAN DAN MEMILIH TEMAN HIDUP, Bandung : Kalam Hidup, 1987
Wijanarko, Jarot, LOVE, SEX, AND DATING
Before 30 : Pustaka Rajawali (Buku Biografi)
MY LOVE CONFERENCE (Video Kotbah Pdt. Philip Mantofa)

Berpacaran yang Sehat, Seimbang, dan Kudus

Berpacaran yang sehat, seimbang, dan kudus diawali dari mendengarkan suara Tuhan. Minta pimpinan Roh Kudus dan bergumullah untuk pasangan hidup kita. Berikut adalah 7 tipe hubungan yang sehat, seimbang, dan kudus dari awal (hanya beberapa contoh:

1.Cinta saling bersambut/tidak bertepuk sebelah tangan (amos 3:3)
2.Kita tidak bergantung dengan pasangan kita, juga tidak berpacaran karena rasa bersalah atau kasihan
3.Kita tidak menjadikan pacar kita sebagai sumber kesembuhan batin kita
4.Kita mencintai pasangan kita apa adanya, bukan karena keadaan fisik atau materi dari pasangan kita
5.Cinta yang kita alami bukan karena sekedar cinta lokasi (memang dapat terjadi, namun jangan terburu-buru untuk menjalin hubungan berpacaran)
6.Kita tidak menjadikan pacar sebagai objek untuk menyenangkan diri sendiri (mengambil keuntungan untuk ditraktir, untuk dipuji orang lain, dan lain sebagainya.)
7.Kita memang mencintai orang yang statusnya single juga/available (bukan milik orang lain)

:)

Menjadi Wanita dalam Penantian

Cinta bukanlah menuntut, namun memberi. Apabila kita ingin memiliki pasangan yang baik dan dewasa contohnya, maka mari kita belajar bersiap menjadi seorang pacar yang baik dan dewasa juga. Lakukanlah apa yang kita ingin orang lakukan ke kita (bukan tentang balas budi), jadilah wanita yang memberi dan percaya bahwa kita akan menuai apa yang akan kita tabur selama masa penantian ini. (Galatia 6:9)

Sebagai awal, dalam masa single kita ini, mari kita menjadi wanita yang menyerahkan hidup kita tanpa ragu kepada Tuhan, belajar menjadi wanita yang rajin (highly intellectual), wanita yang beriman (highly spiritual), wanita yang penuh kebajikan (highly influential and attitude), wanita yang penuh pengabdian (memberi waktu untuk Tuhan dengan sungguh-sungguh, karena dalam masa single, kita dapat menggunakan waktu kita lebih efektif untuk Tuhan daripada saat telah menikah dan memiliki lebih banyak kegiatan, tanggung jawab dan tugas), wanita yang murni (menjadi kudus dalam segala aspek, ingat pernikahan kudus dimulai dari pacaran yang kudus), wanita yang memiliki rasa aman (tidak perlu merasa harus mengejar atau menarik perhatian lawan jenis untuk dilirik, diperhatikan dan dicintai), wanita yang puas (jangan merasa tidak puas saat masih lajang, jangan mengasihani diri sendiri dengan keadaan masih belum punya pasangan), wanita yang penuh keyakinan, dan menjadi wanita yang sabar.

Ada banyak contoh wanita yang benar-benar memuliakan Tuhan yang tidak memiliki teman hidup tetapi tetap merupakan wanita yang sabar. Seorang wanita dalam penantian menuliskan ini: “Saya percaya salah satu bagian dari menjadi Wanita yang Sabar adalah dengan jujur menghadapi masa depan. Bagiku itu berarti menyadari bahwa aku mungkin tidak akan pernah menikah.” '

John fischer menuliskan ini : “Allah telah memanggilku untuk hidup sekarang. Ia telah menyadari potensiku sepenuhnya sebagai seorang manusia saat ini, ia ingin aku penuh rasa syukur akan keberadaanku dan menikmatinya secara maksimal. Aku memiliki suatu perasaan yang aneh bahwa jika seorang lajang yang selalu ingin menikah, akhirnya mungkin menikah, ia akan mendapati semua yang tercakup dalam pernikahan, dan berharap bahwa ia lajang kembali! Ia akan bertanya pada dirinya, ‘mengapakah aku tidak menggunakan waktu bagi Tuhan saat aku tidak memiliki begitu banyak kewajiban? Mengapa aku tidak memberikan diriku sepenuhnya kepada Dia saat aku masih lajang?’”

Wanita lajang dapat terlibat dalam pekerjaan Tuhan pada suatu tingkat yang tidak dapat dicapai oleh seorang wanita yang telah menikah karena tanggung jawab dan gangguan yang dihadapinya sebagai istri dan ibu. Dalam masa lajang ini kita harus isi tanpa rasa mengasihani diri sendiri dengan hanya menanti siapa pasangan hidup kita yang akan Tuhan beri, dan hendaknya kita mencontoh Rut yang dalam masa jandanya pun ia tetap menjadi wanita yang rajin dalam melayani Tuhan. Dan tentu saja keterlibatan dalam melayani Tuhan selalu menuntut suatu pengorbanan. Dan kerap kali terdapat berbagai penghalang, seperti membanding-bandingkan diri dengan wanita lain, mengutamakan diri sendiri, rasa kuatir, dan rasa ragu-ragu akan masa depan kita. Namun mari kita tetap bertekun, bersabar, berharap pada Sumbernya. Biar Tuhan saja yang menulis kehidupan cinta kita. (Baca kitab Rut)

Prinsip-prinsip sebelum Memulai Berpacaran

Janganlah terburu-buru berpacaran sebelum mengetahui dari Tuhan bahwa “si dia” adalah pasangan hidup yang ditetapkan menjadi partner hidup kita. Syukurilah apabila sekarang kita masih single, itu artinya kita masih memiliki banyak waktu juga untuk banyak bergaul dan berbenah diri serta bersiap (secara mental juga) untuk memiliki partner hidup kita nanti. Di antara semua buku yang saya baca dan video yang saya tonton, saya sangat tertarik dengan video Kotbah yang berjudul My Love Conference. Dalam video itu diberikan 7 checklist yang menjadi prinsip sebelum memulai berpacaran.

1.Komitmen untuk bertumbuh secara pribadi di dalam Kristus
Tuhan ingin kita memiliki pasangan yang sepadan, seiman (2 Kor 6:14). Karena bangunan yang kokoh, harus didirikan dengan pondasi dan dasar yang teguh. Kalau dasar iman dari berpacaran saja sudah tidak sama, bagaimana selanjutnya? Pasti selalu akan bersinggungan, dan hubungan menjadi tidak sehat. Oleh karena itu, dari kita pribadi hendaknya membuat terlebih dahulu komitmen untuk sungguh-sungguh hidup menjadi anak Terang, yang bertumbuh dalam Kristus.

2.Memiliki visi untuk menyenangkan hati Tuhan
Saat kita memilih untuk punya pasangan hidup yang cinta akan Tuhan, itu masih belum cukup. Milikilah dan jadilah pasangan hidup yang takut akan Tuhan, yang selalu menempatkan Tuhan di tempat pertama, selalu bergantung pada Tuhan. Maka Tuhan akan berkati kehidupan pacaran kita menjadi kudus, yang berkenan padaNya.

3.Jujur
Sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk dilakukan. Bagaimana kita dapat memasuki sebuah hubungan yang kudus dan memberkati orang lain sedangkan kita masih sering berbohong meski dalam hal-hal kecil. Jujur itu sangat penting.



4.Dewasa dan bertanggung jawab
Dewasa tidak diukur hanya dari usia, melainkan dari respon hati dan kemampuan kita untuk mengambil keputusan. Maka, tidak ada patokan spesifik umur berapa yang tepat untuk kita memulai berpacaran. Namun jika dipandang dari sisi kestabilan emosi dan psikologi, berpacaran hendaknya di umur 20 keatas karena apabila masih dibawah umur 20, emosi kita masih labil dan belum kuat secara mental (mengingat kesibukan dalam studi dan juga masalah-masalah yang akan dihadapi saat berpacaran nanti). Bertanggung jawab juga berbicara tentang apakah kita sudah mengerti setiap konsekuensi yang akan dihadapi dalam setiap keputusan yang akan diambil saat berpacaran nanti. Tidak hanya tentang tanggung jawab kepada manusia, tapi juga kepada Tuhan. Apakah kita masih dapat menunjukkan ke Tuhan kalau dengan berpacaran pun, kita tetap dapat memiliki kehidupan yang bermakna dan tambah maju dalam Tuhan dengan mengisi waktu yang kita miliki dengan sungguh-sungguh? (Efesus 5:15-16)

5.Gambar diri yang sehat
Sebelum memulai berpacaran, hendaknya kita tidak dalam keadaan minder atau malah sombong. Benarkan motivasi berpacaran dan milikilah gambar diri yang sehat, karena Tuhan menciptakan kita semua ini indah dan berharga di mataNya. Saat kita dapat menerima diri kita apa adanya, saat itu juga kita dimampukan untuk menerima orang lain (termasuk pasangan kita) sehingga hubungan akan berjalan sehat dan tidak timpang.

6.Sikap positif dalam hidup
Kita harus menjadi para pasangan yang berdampak bagi dunia ini, menyenangkan Tuhan, bukan diri kita sendiri. Kalau semua yang kita katakan dan lakukan hanyalah semua yang negatif, tidak berguna dan membangun, dapatkah hubungan kita memberkati orang lain? Dapatkah dunia lihat bahwa ada Kristus dalam hidup kita dan hubungan kita? (matius 5:16; filipi 4:8; efesus 5:1-21)

7.Perasaan cinta
Kalau mau menjalin hubungan, tentu saja harus ada cinta. Cinta atau kasih hendaknya tulus, dengan motivasi yang benar, sesuai dengan 1 Korintus 13. Berdoalah selalu untuk pasangan hidup kita, apabila Tuhan belum menjawab, bukan berarti itu berarti “iya”. Semua ada masanya, maka kita harus sabar, dan bertekun sambil berharap hanya pada Tuhan.

Single-minded-ness

Hal yang penting dan sangat menantang ialah bagaimana kita bisa mengetahui apa kehendak Tuhan? Dan mengapa kita selalu berpandangan bahwa tiap orang harus memiliki pasangan hidup?

Berikut adalah ungkapan yang pernah menegur saya disaat saya memiliki masalah dan merasa tidak lagi memiliki harapan, dan bahkan sampai malas berdoa karena saya rasa itu tidak berguna : “Orang jatuh tersandung bukan karena batu besar, melainkan karena kerikil/batu kecil.” Bagi kita yang masih single atau baru saja putus cinta dengan seorang laki-laki (saya menilai dari sisi wanita), biasanya selalu memikirkan tentang pasangan hidup, apalagi wanita selalu merasa ingin diperhatikan, selalu ingin dijaga dan dilindungi di saat-saat tertentu oleh orang yang dia kagumi. Namun kadang kita sering melupakan hal yang terpenting, yaitu bertanya pada Sumbernya, yaitu Tuhan. Dengan bertanya pada Tuhan, maka seiring berjalannya waktu saat kita mengenalNya lewat saat-saat teduh pribadi kita, tentu saja kita semakin peka akan suara dan keinginan Tuhan atas hidup kita termasuk hal pasangan hidup. Dan apabila sudah kita lakukan tapi kita merasa bahwa Tuhan hanya diam saja, tetap itu bukan berarti kita boleh melakukan sesuatu semau kita, tapi tetaplah setia menunggu. (Lukas 16:10)

“Ready for the best, and prepare for the worst”. Itu juga satu prinsip yang saya pegang selama masa penantian ini. Beranikan diri untuk berdoa, apakah yang Tuhan mau untuk hidup saya? Apakah Tuhan mau memberikan saya pasangan hidup atau saya diinginkan Tuhan untuk tetap single (karunia selibat)? Memang kelihatannya sangat extreme namun itulah kenyataannya, kita tidak bisa hanya berpikiran bahwa suatu saat kita pasti memiliki “si dia”, padahal belum tentu Tuhan menghendaki demikian, karena panggilan tiap-tiap orang tentu saja berbeda. Jadi, mind-set kita harus kita ubah. Kita tidak dapat menuntut Tuhan untuk memberi kita pasangan hidup, karena tidak selalu kehendak kita sama dengan kehendak Tuhan. Pasti miris sekali rasanya, karena saya pun mengalami hal yang sama. Tapi saya percaya, saat kita berharap pada Tuhan yang adalah Sumber dari segalanya, dan menyerahkan pena kehidupan cinta kita padaNya, pasti semuanya akan indah pada waktuNya bahkan lebih dari apa yang kita pikirkan. (baca 1Korintus 2:9)

Di sisi lain, bagi kita yang sedang menjalani hubungan berpacaran, mempunyai pola pikir single pun tidak menjadi suatu masalah. Karena arti sebenarnya dari single ialah utuh, yaitu kepribadian kita saat sebelum dan saat berpacaran harus tetap utuh, bergantung sepenuhnya pada Tuhan dan bukan pada manusia (apalagi pacar kita).
Maka dari itu, ada ataupun belum ada pacar, kita harus tetap bisa hidup dengan sukacita tanpa rasa tertuduh atau kurang percaya diri karena belum memiliki pacar. Yang terpenting adalah hati kita sudah penuh oleh kasih yang sesungguhnya, kasih dari Tuhan.

Pertemanan, Pacaran, dan Pernikahan

Pergaulan anak muda zaman sekarang semakin bebas dan semakin menjauhi nilai etika dan tentu saja nilai kekristenan khususnya. Masih banyak anak-anak muda yang memiliki paradigma yang salah atau mungkin kurang tepat tentang pacaran dan pernikahan yang kudus di dalam Tuhan. Hal tersebut mengakibatkan tingkat penyesalan saat berpacaran semakin tinggi, atau bahkan saat menikah. Makanya tak heran apabila dewasa ini perceraian dalam rumah tangga yang disebabkan oleh ketidakcocokan antara suami dengan istri yang umumnya dimulai lewat hal-hal yang kecil sangat marak dan sudah dianggap sebagai fenomena yang wajar.

Sudah tentu, kehidupan pernikahan selalu diawali oleh hubungan penjajakan dahulu, yang biasanya kita kenal dengan nama “hubungan berpacaran”. Namun sayangnya, trend anak muda zaman sekarang hanya menilai bahwa pacaran hanya untuk mencoba apakah cocok atau tidak, hanya untuk senang-senang (sehingga saat ada masalah datang, langsung begitu saja memutuskan hubungan), hanya untuk supaya dianggap dewasa oleh teman-temannya, hanya untuk menaikkan gengsi. Padahal pengertian dari hubungan berpacaran tidak hanya sesempit itu saja.

Berpacaran merupakan hubungan yang kudus, yang dekat, dan terbuka dengan batasan-batasan yang jelas dan komitmen yang kuat untuk bersiap ke langkah selanjutnya, yaitu pernikahan. Oleh karena tujuan berpacaran merupakan sesuatu yang serius dan penting, maka hendaknya kita sebagai anak muda menghargai hal tersebut dengan menjaga hati agar selalu menyiapkan diri dan tidak usah merasa harus terburu-buru untuk memulai hubungan berpacaran, karena semuanya sudah Tuhan Yesus rancangkan indah pada waktuNya.

Pernikahan yang kudus tentunya harus dimulai dari pacaran yang kudus pula. Dan hendaknya, sebelum berpacaran kita sebagai anak muda, jangan sembarang ambil langkah, dengarkanlah suara Tuhan tentang kehendakNya atas kita untuk menikah atau tetap single, dan tentang siapa pasangan hidup kita sambil tetap berteman dengan banyak orang (tidak hanya fokus dengan pasangan hidup saja) dan apabila sudah mantap, lalu melangkahlah dalam tahap selanjutnya dalam pertemanan. Tentu lebih baik apabila kita berpacaran dengan orang yang sudah kita kenal sebelumnya daripada pacaran dengan orang yang kita belum tahu sama sekali luar dan dalamnya dan langsung berpacaran lalu mengenal kepribadian (kecuali kita memang berkeinginan untuk berganti-ganti pacar untuk memilih yang terbaik). Prinsip ini hanya untuk orang-orang yang mau serius dalam berpacaran untuk menikah, oleh karena itu, dalam masa single kita, bertemanlah dengan banyak orang, sehingga kita dapat mengerti bagaimana kepribadian teman-teman lawan jenis kita dalam berbagai karakter mereka, sehingga seiring berjalannya waktu tanpa sadar kita telah berproses untuk menghadapi kesulitan-kesulitan untuk mengerti dan memahami lawan jenis kita dan akhirnya nanti saat berpacaran, kita sudah mengerti dan tidak kaget lagi dalam mengenal lebih lanjut tentang pasangan kita.

Tahap-tahap dalam pertemanan hingga pacaran dimulai dari pertemanan yang biasa saja, yang belajar menghargai dan saling perhatian sebagai sesama teman, namun masih dalam area “memilih”. Kemudian apabila muncul rasa ketertarikan yang spesifik, berlanjutlah ke area “menerima”, disini kedua teman ini sudah belajar memberi dan juga berelasi dengan membuka diri. Apabila di tahap saling memberi sudah ada kecocokan, maka area selanjutnya ialah “memaknai” dimana tiap orang sudah saling belajar mengampuni dan mengetahui tanggung jawab dan perannya sebagai teman dekat yang sudah tahu saling menyayangi satu sama lain namun dengan hubungan yang jelas dan sehat (bukan hanya ketertarikan fisik). Dan saat sudah mantap untuk menjalin hubungan berpacaran dengan mengembangkan kasih yang agape dan saling belajar membagi hidup, itulah area “melayani” dimana masing-masing sudah berani berkomitmen. Hendaknya kita menjadikan pacaran sebagai hubungan yang sangat penting dan patut dihargai, karena pacaran ialah panggilan untuk kekudusan, untuk sebuah tujuan, dan untuk sebuah kesatuan cinta. Dan karena pacaran adalah persiapan untuk pernikahan kita, mengapa kita tidak mau tetap setia menunggu sampai saat yang tepat (tidak terburu-buru)?

Such an Introduction Before you read "After-This-Post"

Hai guys.. !! :p

jumpa lagi di postingan berikutnya dalam bulan penuh kasih ini... hahaha. Dan hari ini merupakan hari terahir aku nge-blog di bulan Febuari ini akibat dari keterbatasan waktu dan ruang untuk mengakses blogger.. :) bersyukur hari ini lumayan free untuk ber-internet ria di Puskom tercinta.. ^^

OK, jadi gini, akhir2 ini aku sering baca buku, misi mulia selama libur gitu... dan rasanya bakal memberkati banget kalo aku bagi juga di blog... sekalian buat arsip.. hahah.. meskipun tidak dalam bentuk refleksi, namun cuma hasil kopi-paste, aku udah cantumin referensinya sehingga teman2 bisa cari langsung ke sumbernya kalau merasa kurang puas... :D

Dua postingan sebelum ini, aku langsung ketik dari bukunya tanpa ada kata yang terlewatkan, jadi ya selamat membaca "cuplikan" I Kissed Dating Goodbye yahh !! :)

Dan beberapa postingan setelah ini, kalau teman-teman masih berminat melanjutkan, aku baru aja memindahkan hasil makalah ku dari tugas mata kuliah Etika Keluarga Kristen yang kuambil tahun 2010 lalu dengan judul Memuliakan Allah dengan Pacaran dan Pernikahan yang Kudus (kalau ga salah ingat)

jadi semuanya itu, seperti rangkuman panjang dari berbagai buku yang udah direkomendasikan di kelas oleh Ibu dosen yang bersangkutan, terus aku buat gitu, dan waktu kemarin bongkar2 dokumen di laptop tersayang, dan tiba2 kepikir untuk baca ulang, rasanya sayang banget kalau udah baca banyak, dapat banyak, diketik capek2, tapi cuma dipakai sekali. :) jadi untuk sekalian review (ini indahnya mereviewwww.... !! :p), aku postkan aja disini, nanti di postingan paling akhir/urutan teratas itu adalah alamat referensinya, untuk keterangan lebih lanjut, bisa langsung post comment aja :)


enjoy it! :)

Tanggung Jawab Para Pria

Pria-pria, inilah saatnya kita berdiri untuk membela kehormatan dan kebenaran dari saudari dan saudari seiman kita. Kita perlu berhenti bertindak seperti pemburu yang berusaha menangkap para gadis dan mulai melihat diri kita sebagai tentara-tentara yang melindungi mereka.

Bagaimana kita melakukan hal itu? Pertama-tama kita harus menyadari bahwa para gadis tidak berjuang dengan godaan yang sama dengan yang kita hadapi. Kita lebih banyak bergumul dengan dorongan seksual kita , sementara para gadis berjuang dengan emosi mereka. Kita dapat menolong menjaga hati mereka dengan berkomunikasi secara jujur dan sungguh-sungguh. Kita perlu membuang kegenitan kita dan menolak untuk bermain-main dan membawa serta mereka. Kita harus menjaga sikap kita untuk memastikan bahwa apa yang kita katakan atau lakukan tidak mendorong kepada perasaan atau harapan-harapan yang tidak semestinya.

Seorang sahabat baik saya, Matt Canlis, memberikan teladan dengan menjaga kesucian seorang gadis dalam hubungannya dengan Julie Clifton, wanita yang sekarang telah dinikahinya. Jauh sebelum mereka menikah, keduanya merasa saling tertarik satu dengan yang lain. Tetapi selama suatu masa tertentu, Allah membuat jelas bagi Julie bahwa ia harus memfokuskan diri kepada-Nya dan tidak dialihkan oleh Matt.
Walaupun Matt tidak mengetahui hal ini pada saat itu, ia telah memprioritaskan untuk menjaga hati Julie selama masa penantian ini, walaupun secara pribadi ia merasa ditarik kepada Julie. Matt mengendalikan keinginannya untuk bercinta dengan Julie. Ia membuang kesempatan untuk berduaan dengan Julie, dan ketika mereka berada dalam kelompok-kelompok, ia menahan diri untuk mengkhususkan Julie dan terlalu banyak perhatian pada Julie. Ia menghindari melakukan apapun yang membuat sulit bagi Julie untuk memfokuskan dirinya untuk melayani Allah.

Masa itu tidak berlangsung selamanya, dan akhirnya Matt dan Julie bertunangan. Saya makan siang bersama mereka beberapa minggu sebelum pernikahan mereka. Julie menjelaskan betapa bersyukurnya ia karena Matt memiliki cukup kedewasaan untuk menempatkan kebutuhan-kebutuhannya di atas kebutuhan pribadinya sendiri. Dengan menjadikan kesucian emosional dan spiritual Julie sebagai prioritas, ia membantu Julie memfokuskan hati dan pikirannya kepada Allah. Jika Matt bersikap mementingkan diri sendiri, mungkin ia telah mengalihkan Julie dari apa yang Allah ingin selesaikan di dalam dan melalui kehidupan Julie.

Sungguh suatu kasih persaudaraan yang baik untuk diteladani! Saya ingin menangis ketika saya memikirkan betapa sering saya mengabaikan tanggung jawab saya untuk menjaga hati para gadis. Bukannya memainkan peran sebagai tentara, saya berperan sebagai pencuri, mencuri fokus mereka dari Allah kepada diri saya sendiri. Saya berketetapan hati untuk melakukannya lebih baik. Saya ingin menjadi sahabat para gadis dimana para suami mereka kelak dapat berkata, “Terima kasih karena telah menjaga istri saya. Terima kasih karena telah menjaga kesuciannya.”

Harris Joshua-Harris Joshua,” I Kissed Dating Goodbye”, sebuah perspektif baru dalam berpacaran dan menjalin hubungan(Jakarta: Imannuel Publishing House, 2004), 92.

Tanggung Jawab Para Gadis

Para gadis, kalian pun memiliki peran yang tak kalah penting. Ingatkah akan perempuan sundal yang kita bahas sebelumnya? Tugas kalian adalah menjaga saudara-saudara seiman kalian agar tidak disesatkan oleh ketampanan mereka. Berhati-hatilah karena tindakan dan pandangan kalian dapat meningkatkan hawa nafsu di dalam pikiran kaum pria.

Kalian mungkin tidak menyadarinya, tetapi kami kaum pria seringkali bergumul dengan mata kami. Saya rasa banyak gadis tidak menyadari betapa sulitnya seorang pria mempertahankan kesucian jika memandang seorang gadis yang berpakaian tidak sopan.

Saat ini, saya tidak ingin mengatur cara kalian berpakaian, tetapi secara jujur, saya akan diberkati jika gadis-gadis mempertimbangkan lebih dari sekedar mode ketika berbelanja pakaian. Ya, para pria bertanggung jawab untuk mengendalikan diri, tetapi kalian dapat membantu dengan menolak untuk mengenakan pakaian yang dirancang untuk menarik perhatian pada tubuh kalian.
Saya tahu dunia mengatakan pada kalian bahwa jika kalian memiliki tubuh yang bagus, kalian harus menunjukkannya. Dan kami kaum pria hanya membantu menyuburkan mentalitas tersebut. Tetapi saya rasa kalian dapat membalikkan trend tersebut.

Seorang ibu yang baru-baru ini menyerahkan hidupnya kembali kepada Kristus bercerita kepada saya,”Saya melihat ke dalam lemari pakaian saya dan membuang segala sesuatu yang mungkin dapat menyebabkan seorang saudara di dalam Tuhan tersandung. Saya meminta Allah untuk mengampuni saya dan membantu saya melindungi kesucian orang-orang di sekitar saya.” Aly dari Wisconsin menulis, “Saya rasa saya harus menyingkirkan separuh dari isi lemari saya, karena banyak pakaian yang saya miliki terlalu terbuka atau menggoda kaum pria untuk memandang saya dan memikirkan hal-hal yang tidak baik.”

Maukah kalian bersikap radikal seperti itu? Teman saya, Janelle meminta ayahnya untuk mengevaluasi setiap setelan yang ia beli. Ia menginginkan pendapat pria yang saleh apakah pakaian yang dibelinya sopan atau tidak. Hal itu tidak selalu mudah. Seringkali ayahnya memintanya untuk mengembalikan barang-barang itu. Tetapi ia tidak mengeluh-bahkan di musim panas, ketika tampaknya tidak mungkin untuk menemukan celana pendek yang sopan! Ia ingin memuliakan Allah.

Saya mengenal banyak gadis yang akan tampak lebih cantik bila mengenakan rok yang pendek atau atasan yang ketat, dan mereka mengetahui hal itu. Tetapi mereka memilih untuk berpakaian sopan. Mereka mengambil tanggung jawab menjaga mata saudara-saudara seiman mereka. Kepada wanita-wanita lain yang seperti mereka, saya berterima kasih.
“dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” (Ibrani 10:24). Inilah saatnya untuk mulai melihat kesucian orang lain sebagai tanggung jawab kita.

Harris Joshua-Harris Joshua,” I Kissed Dating Goodbye”, sebuah perspektif baru dalam berpacaran dan menjalin hubungan(Jakarta: Imannuel Publishing House, 2004), 93.

Wednesday, February 8, 2012

Slow Fade (ost Fireproof)

Be careful little eyes what you see
It's the second glance that ties your hands as darkness pulls the strings
Be careful little feet where you go
For it's the little feet behind you that are sure to follow

It's a slow fade when you give yourself away
It's a slow fade when black and white have turned to gray
Thoughts invade, choices are made, a price will be paid
When you give yourself away
People never crumble in a day
It's a slow fade, it's a slow fade

Be careful little ears what you hear
When flattery leads to compromise, the end is always near
Be careful little lips what you say
For empty words and promises lead broken hearts astray

It's a slow fade when you give yourself away
It's a slow fade when black and white have turned to gray
Thoughts invade, choices are made, a price will be paid
When you give yourself away
People never crumble in a day

The journey from your mind to your hands
Is shorter than you're thinking
Be careful if you think you stand
You just might be sinking

It's a slow fade when you give yourself away
It's a slow fade when black and white have turned to gray
Thoughts invade, choices are made, a price will be paid
When you give yourself away
People never crumble in a day
Daddies never crumble in a day
Families never crumble in a day

Oh be careful little eyes what see
Oh be careful little eyes what you see
For the Father up above is looking down in love
Oh be careful little eyes what you see

http://www.stlyrics.com/lyrics/fireproof/slowfade.htm

While I'm Waiting (ost Fireproof)

I'm waiting
I'm waiting on You, Lord
And I am hopeful
I'm waiting on You, Lord
Though it is painful
But patiently, I will wait

I will move ahead, bold and confident
Takeing every step in obedience
While I'm waiting
I will serve You
While I'm waiting
I will worship
While I'm waiting
I will not faint
I'll be running the race
Even while I wait

I'm waiting
I'm waiting on You, Lord
And I am peaceful
I'm waiting on You, Lord
Though it's not easy
But faithfully, I will wait
Yes, I will wait
I will serve You while I'm waiting
I will worship while I'm waiting
I will serve You while I'm waiting
I will worship while I'm waiting
I will serve you while I'm waiting
I will worship while I'm waiting on You, Lord

http://www.stlyrics.com/lyrics/fireproof/whileimwaiting.htm

Brighter Days (ost. Fireproof)

Time keeps moving on
Through the sunshine and the storm
And my dreams are set in stone
And someday I’ll be who I want to be
For now I’ll wait
For the sun to shine again
And for now I’ll wait
For the rain to pass away

And I’m looking for the brighter days
When all my hurts seem to fade away
I’m looking for the brighter days to come my way

Faces come and faces go
But none seem to look my way
And walls have stood and walls have fallen
But my heart seems to wait
For now I’ll sit at the end of the road
And for now I’ll wait
At the end of the pathway

I’ll see the sun one day shine upon me
I’ll see the sun one day
And watch the nighttime turn to morning
But for now it all comes back around

http://www.stlyrics.com/lyrics/fireproof/brighterdays.htm

Love is Not a Fight (Ost. Fireproof)

Love is not a place
To come and go as we please
It's a house we enter in
And then commit to never leave
So lock the door behind you
Throw away the key
We'll work it out together
Let it bring us to our knees

Love is a shelter in a raging storm
Love is peace in the middle of a war
If we try to leave may God send angels to guard the door
No, love is not a fight but it's something worth fighting for

To some, love is a word that they can fall into
But when they're falling out
Keeping that word is hard to do

Love is a shelter in a raging storm
Love is peace in the middle of a war
If we try to leave may God send angels to guard the door
No, love is not a fight but it's something worth fighting for

Love will come to save us, if we'll only call
He will ask nothing from us, but demand we give our all

Love is a shelter in a raging storm
Love is peace in the middle of a war
If we try to leave may God send angels to guard the door
No, love is not a fight but it's something worth fighting for

I would fight for you, would you fight for me?
It's worth fighting for.

http://www.stlyrics.com/lyrics/fireproof/loveisnotafight.htm

It's YOU

Everyone could lie to me, but YOU don't..

Everyone could make me doubt about something and everything, but YOU don't..

Everyone could stand by me sometimes, but YOU don't..

Everyone could cheat on me, but YOU don't..

Everyone could promise me and destroy it by themself, but YOU don't..

:)

And everyone offer me a complete life but actually YOU do.. Better than they wanna do..

It's all about YOU.. Jesus.. :)